You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Desa Wlahar
Desa Wlahar

Kec. Rembang, Kab. Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah

Eksistensi Kesenian Kuda Kepang di Desa Wlahar

Administrator 08 Agustus 2023 Dibaca 303 Kali

      Kesenian kuda kepang atau biasa disebut ebeg oleh warga sekitar Banyumas dan Purbalingga adalah salah satu kesenian yang ada di sebuah desa di wilayah Purbalingga yakni Desa Wlahar. Kesenian kuda kepang atau ebeg ini dijadikan sebagai adat istiadat yang tidak dapat dihilangkan karena di Desa Wlahar kuda kepang sudah menjadi hiburan bagi warga sekitar sekaligus menjadi adat istiadat Desa Wlahar. Kesenian kuda kepang atau ebeg ini merupakan sebuah kesenian yang berasal dari daerah Banyumasan yang menggunakan kuda- kudaan yang terbuat dari anyaman bambu dan kepalanya diberi ijuk sebagai rambut. Tarian Ebeg di daerah Banyumas menggambarkan prajurit perang yang sedang menunggang kuda. Gerak tari yang menggambarkan kegagahan diperagakan oleh pemain Ebeg. Desa Wlahar memiliki grup kuda kepang sendiri bernama Setia Budaya, anggotanya merupakan pemuda-pemudi Desa Wlahar, hal ini dapat meminimalisir kepunahan kesenian kuda kepang di Desa Wlahar karena jika anggotanya merupakan pemuda-pemudi Desa Wlahar, kesenian kuda kepang tidak akan hilang dan akan selalu memiliki generasi penerus anggota kuda kepang.


Gambar 1. Grup Ebeg Setia Budaya Desa Wlahar

           Di Desa Wlahar terdapat salah satu acara yang menyelenggarakan kesenian kuda kepang atau ebeg ini sebagai sebuah adat di Desa Wlahar yang biasa disebut dengan Ruwat Anak. Pada tanggal 25 Juli 2023 telah dilaksanakan ruwat anak, tradisi ruwat anak disandingi oleh pertunjukkan ebeg dari grup Setia Budaya, acara ini dihadiri oleh Kepala Desa Wlahar yang juga ikut menyanyikan lagu Jawa sebelum ebeg dimulai. Ruwat anak ini dilaksanakan di depan rumah Mbah dukun bayi Desa Wlahar, warga Desa Wlahar berbondong-bondong menonton ruwat anak hingga memenuhi halaman rumah Mbah dukun bayi.


Gambar 2. Kesenian ebeg dalam gelaran ruwat anak

         Ruwat anak dilaksanakan setiap Mbah dukun bayi menerima bayi sebanyak 100 kali. Orang-orang yang mendatangi Mbah dukun bayi tidak hanya berasal dari Desa Wlahar, tetapi ada yang berasal dari Desa Tumanggal dan Bedagas. Oleh karena itu, untuk mendapatkan 100 bayi kira-kira membutuhkan waktu kurang lebih 4 tahun dari tiga desa tersebut. Ruwat anak adalah bentuk slametan karena telah berhasil melahirkan 100 bayi dengan selamat. Hal yang paling menarik dari ruwat anak adalah pada saat tarian ebeg dimulai, para penari ebeg adalah orang-orang yang memiliki indang. Indang digunakan untuk memanggil pegangan yang dimiliki oleh tiap-tiap penari ebeg, cara memanggilnya yaitu penari ebeg menari mengikuti alunan gamelan, lalu lama-kelamaan mereka akan kesurupan oleh indang mereka sendiri. Pada saat kesurupan, penari ebeg menari-nari sembari memakan bunga, meminum air kelapa, memakan singkong mentah, dan ada pula yang memiliki indang monyet kesurupan seperti monyet suka memakan kacang dan pisang. Ruwat anak diakhiri dengan salah satu penari ebeg yang melakukan tarian cakilan, kemudian semua penari keluar dan janturan bersama-sama. Arti dari janturan ialah proses dimana semua penari ebeg kesurupan dan dapat memancing para penonton yang memiliki indang untuk menari bersama. 

Beri Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui oleh admin
CAPTCHA Image